Kamis, 26 Maret 2015

LOVE & FAITH


"Love & Faith" adalah sebuah film yang diangkat dari kisah nyata perjalanan hidup Karmaka Surjaudaja (Kwee Tjie Hoei), seorang pria pekerja keras di balik sukses sebuah bank swasta di Indonesia. Film ini dibintangi oleh Rio Dewanto (Kwee Tjie Hoei), Dion Wiyoko (Kwee Tjie Ong), Laura Basuki (Lim Kwei Ing), Ferry Salim, dan Hengky Solaeman.

Cerita film ini bermula dari keluarga Kwee Tjie Hoei yang serba berkekurangan, bahkan harus kehilangan tempat tinggal akibat peristiwa Bandung Lautan Api. Selepas SMA, Kwee Tjie Hoei pun memutuskan untuk bekerja demi membiayai sang adik, Kwee Tjie Ong, agar dapat melanjutkan kuliah di jurusan kedokteran. "Harus ada orang penting lahir dari keluarga kita," demikian pesan sang ayah.

Demi mewujudkan cita-cita sang adik, Tjie Hoei akhirnya memutuskan untuk bekerja sebagai guru olahraga di sebuah sekolah Tionghoa bernama Nan Hua. Di sekolah ini, ia bertemu dengan seorang murid bernama Lim Kwei Ing. Ayahnya, Lim Khe Tjie, adalah seorang pemilik bank besar di Bandung. Selain mengajar, Tjie Hoei juga memanfaatkan waktu yang dia miliki untuk pekerjaan reparasi alat-alat elektronik dan memberikan les privat pada Kwei Ing saat malam hari. Diam-diam, Kwei Ing tertarik dan mulai menaruh hati pada Tjie Hoei. Demikian pula sebaliknya. Tjie Hoei pun menolak tawaran untuk melanjutkan studi di Jepang karena tak ingin berpisah dari Kwei Ing. Akhirnya pada tahun 1959, Kwee Tjie Hoie dan Lim Kwei Ing menikah. 

Ketika masa peralihan Orde Lama ke Orde Baru, Lim Khe Tjie dicekal tak bisa kembali ke Indonesia, tertahan di Hong Kong. Sementara bisnis Bank  mengalami kesulitan besar di ambang pailit, karena banyak pengkhianat yang menggerogoti asetnya dari dalam. Kwee Tjie Hoei pun dipercaya untuk mengurusi bank milik ayah Kwei Ing tersebut. Dalam perjuangannya membangun bisnis yang ditinggalkan sang mertua, Kwee Tjie Hoei mengalami percobaan pembunuhan hingga tiga kali. Akhirnya Tjie Hoei berhasil memukul mundur jajaran direksi nakal dan menggiring mereka diproses kejaksaan, bahkan, karena dipandang sebagai kasus perbankan penting di tahun itu.  Kini bank sudah bersih dari pengkhianat. Tjie Hoei juga berhasil melepaskan Bank dari dikte dan ancaman pihak-pihak arogan. Hari-hari baru dijalani Kwee Tjie Hoei dan karyawannya dengan semangat menggebu untuk mengejar semua ketertinggalan.

Sayangnya, kondisi ekonomi tidak berpihak pada mimpi besar mereka. Tahun 1965 terjadi kekacauan politik, ekonomi dan keamanan yang menyebabkan pemerintah harus mengambil kebijakan moneter menurunkan nilai uang Rp 1.000,- menjadi Rp 1,-. Masyarakat segera saja panik, terutama mereka yang menabungkan uangnya di bank.  Di tengah-tengah permasalahan yang datang, kabar duka datang dari sang adik, Tjie Ong, yang tewas dalam sebuah kecelakaan mobil. Tjie Hoei terus berjuang keras, menggandeng para karyawan dan pimpinan lapis kedua untuk sama-sama mengangkat kondisi terpuruk menjadi stabil. Akhirnya Kwee Tjie Hoei sukses menunaikan amanah sang mertua dalam membangun imperium bank.

Kini bank yang dibesarkan Tjie Hoei dengan kerja keras telah menjadi salah satu bank tersehat di Indonesia dan berhasil menggandeng OCBC Bank Singapura. Hanya 3 senjata pamungkasnya yaitu tekad, keyakinan dan pengorbanan. Film ini mengandung pesan bahwa kalau kita melakukan dan menginginkan sesuatu maka kita harus melakukan semuanya itu dengan penuh keyakinan.***




Tidak ada komentar:

Posting Komentar